Tuesday, August 26, 2008

BUTIR-BUTIR BUDAYA JAWA

Hanggayuh Kasampurnaning Hurip
Berbudi Bawaleksana
Ngudi Sejatining Becik”
[Tulisan ini terpampang di Sampul depan buku ini]

Dari tulisan ini memberikan gambaran isi buku, bahwa buku ini mengandung butiran mutiara yang mengarah pada sebuah pusaran tekad hakiki manusuia. Bahwa manusia itu dalam hidup dan kehidupannya selalu dinuansaai kenginian luhur, yakni menggapai totalitas kesempurnaan hidup yang dibarengi langkah bijak dalam memberi arti kehidupan itu sendiri. Sebuah makna filosofis yang memiliki makna sangat dalam dan luas bagaikan samudera.
Buku ini merupakan kompilasi dari kata bijak para lelehur dalam wujud “pitutur luhur” , yakni sebuah fenomena pembelajaran kehidupan, dalam rangka mengapai total kualitas hidup.
Seorang-orang Presiden, dan Jendral Bintang Penuh, ternyata sangat lekat dengan citarasa Jawa. Membidikan hati dan bathinnya dengan mengkoleksi butiran Budaya Jawa.
Kendati saat ini berbaring dalam pelukkan Ilahi Robbi, karyanya tak pernah pupus, dan lapuk.
Data buku:
JUDUL : Butir-butir Budaya Jawa
PENYUNTING: Hj. Hardiyanti Rukmana [mbak Tutut]
PENERBIT: Yayasan Purna Bhkati Pertiwi
CETAKAN : VIII—1996
ISBN: 979-8103-00-9
TEBAL: xiv + 205 hlm; 28 cm

Buku ini sebenarnya memiliki privasi yang tinggi untuk kalangan Keluarga Soeharto, ini nampak pada halaman persembahan, tertulis”
Buku ini saya berikan pada anak-anakku sebagai pegangan hidup, 8 Juni 1986.
Buku ini isinya terdiri dari dua dimensi yang utuh, sebagai pegangan hidup keluarga Soeharto, dimensi pertama buku ini berisikan kumpulan butir-butir budaya yang berwujud “pituduh”, dimensi kedua berupa kumpulan butir-butir budaya yang berbentuk “wewaler”
Adapun butir-butir yang dimasud, membentangkan hal-hal sebagai berikut:
  • Ketuhanan Yang Maha Esa
  • Kerohanian
  • Kemanusiaan.
  • Kerbangsaan
  • Kekeluargaan
  • Kebendaan

Butir-butir Budaya Jawa yang diwujudkan dalam pituduh misalnya:

Tuhan itu ada di mana-mana, juga ada pada dirimu, tapi jangan engkau berani mengaku Tuhan

Tuhan itu jauh tanpa ada batasnya, dan dekat sekali tapi tidak dapat bersentuhan

Tuhan menciptkan engkau itu melalui ibumu. Oleh karena itu hormatilah ibumu

Barang sipa suka berbuat kebajikan dan ikhlas melakukan tapa brata [tirakat], akan menerima anugerah dari Tuhan

Barang sipa mengakui adanya Tuhan, tergolong yang sempurna hidupnya

BUTIR-BUTIR YANG MENCERMATI “KEROKHANIAN

Terjadinya dirimu itu melalui adanya Ibu-bapakmu

Adalah Guru sejati yang dapat menunjukkan mana makhluk halus yang menolong dan mana yang mencelakakan

Cakra manggilingan [hidup itu bagaikan roda yang terus berputar]
Jaman itu serba berubah

Tuhan itu berada dalam hati manusia yang suci, karenaya Tuhan disebut pula sebagai hati yang suci

Pertemuan dengan Tuhan terjadi bila dirimu selalau ingat kepada-Nya

Keadaan dunia ini tidak abadi, oleh karena itu jangan mengagung-agungkan kekayaan dan derjatmu, sebab bila sewaktu-waktu terjadi perubahan keadaan Anda tidak akan menderita aib

Keadaan yang ada ini tidak lama pasti mengalami perubahan, oleh karena itu jangan melupakan sesamamu

Barang siapa suka merusak ketenteraman orang lain akan mendapat murka Tuhan, dan akan digugat karena ulahnya sendiri

Tuhan itu berada pada dirimu, danb pertemuan dengan Tuhan akan terjadi apabila engkau selalu ingat kepada-Nya

BUTIR-BUTIR YANG MENCERMATI “KEMANUSIAAN”

Banyak berkarya, tanpa menuntut balas jasa, menyelamatkan kesejahteraan dunia

Manusia sekedar menjalani, diibaratkan laksana wayang

Hati seci mengarah ke keselamatan

Pengetahuan yang benar membuat hati kita senang

Berusaha berbuat baik dengan budi yang sentosa

Kalau ingin selamat (berhasil) harus ada biayanya [pengorbanan]

Baik buruk ada pada diri kita sendiri

Barang siapa lupa akan kebajikan orang lain itu seperti berwatak binatang

Ciri-ciri orang luhur, ialah tingkah laku dan budi bahasa yang halus, keikhlasan hati, dan sedia berkorban, tanpa mendahulukan kepentingan pribadi

Harga diri terletak pada mulut dan budi

BUTIR-BUTIR YANG MENCERMATI “KEBANGSAAN”

Bangsa itu sebagai sarana untuk kuatanya suatu Negara, oleh karena itu jangan mengabaikan rasa kebangsaanmu sendiri agar memiliki bangsa yang berjiwa kesatriya

Yang baik itu kalau mengerti akan hidup bermasyarakat dan bernegara, maka di depan memberi teladan, di tengah menjadi penggerak, di belakang memberi daya kekuatan

Negara itu dapat tenteram kalau murah sandang pangan, sebab rakyatnya gemar bekerja, dan ada penguasa yang mempunyai sidat badil dan berjiwa mulia

Prajurit yang mencintai rakyat jelata, akan disayangi rakyat dalam Negara itu, dan membuat kokohnya Negara dan menjadi perisai negara


Penguasa itu harus membuat tenteram rakyatnya, kalau tidak dapat terjadi rakyatnya akan merebut kekuasaan dalam Negara itu

Jaman penderitaan rakyat akan hilang kalau sudah ada orang yang dapat menghilangkan hal-hal yang menyulitkan



Thursday, August 7, 2008

REORIENTASI DAN REVITALISASI :PANDANGAN HIDUP JAWA.

Orang sering mencirikan budaya Jawa itu penuh toleran dan akomodatif, oleh karenanya Jawa tidak pernah memiliki sikap yang serta merta menolak, namun lebih dari itu, segalam sikap akan melalui proses pengedapan. Termasuk pula dalam aspek kehidupan religius. Jawa sangat erat dengan “sinkretisme” yakni pola laku mengkombinasikan sebuah keyakinan. Oleh karenanya ditengarai bahwa pandangan budaya Jawa itu selalu ditandai hal-hal berikut:

  • Religius
  • Non doktriner
  • Toleransi
  • Akomodatif
  • Optimistik

Akhir seorang-orang bernama Suyamto, Insinyur yang saat itu sebgai Ketua Umum Yayasan Jatidiri, menuangkan gagasannya setelah melewati penghayatan apa yang dilihat dan didengar, terkait dengan budaya Jawa. Gagasan ini, kini telah menjadi buku, dengan mengmbil judul Reorientasi dan Revitalisasi Pandangan Hidup Jawa. Sesunggah nya gasaan awal ini berawal dari sebuah permohonan ceramah di hadapan 2000 anggota PERMADANI—[Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia] yang sedang memperingati hari ulang tahun kedelapan [sewindu].
Buku ini adalah rekaman perenungan tenteng berbagai aspek kebudayaan Jawa, sebagai tindak lanjut tanggapan-tanggapan atas makalah pada Konggres Kebudayaan Nasional di Jakarta, tanggal 29 Oktober sampai 3 Nopember 1991, terutama mengenai “tantularisme” dan kaitannya dengan sikretisme Jawa.
Data Buku:
JUDUL: Reorientasi dan Revitalisasi Pandangan Hidup Jawa
PENULIS : Sujamto, Ir
PENERBIT : Dahara Prize. Jl. Dorang 7 Phone 23518 Semarang.
CETAKAN : II Edisi revisi Nopember 1992
TEBAL : 127 Hlm

Gagasan awal buku ini, ingin melihat lebih dalam tentang pola laku itu, bahkan mengejawantahkan terminologi baru paham Jawa yang dirasa lebih tepat, yakni “Tantularisme”. Orang tentunya akan dingatkan oleh pemikiran ini karena “Tantular” adalah seorang-orang empu yang memiliki ketajaman pikir dan kearifan.
Buku ini membedakan, antara “tantularisme” dan "sikretisme Jawa", kendatipun memiliki kedekatan
Kita ketuhui saat ini penggunaan terminology sikretisme dalam ranah budaya Jawa, sangat deras. Namun acapkali memiliki multi tafsir. Mulai dari istilah ‘Sinkretisme”, “sinkretisme agama”, atau “sikretisme Jawa” untuk menunjukkan gejala atau kecenderungan yang menonjol dalam religiositas Jawa. Sisi lain istilahn ini sebagai penggantinya dipadankan dengan “mosaic” , “Coalition”, “the religion of Java” atau “agama di Jawa, atau sekedar istilah “percampuran” atau “vermenging” atau “agami Jawi"

SINKRETISME:Jika merujuk istilah-istilah yang sedang berkembang terkait dengan sinkretisme, seperti vermenging, blending, mosaic, amalgamation dan lain-lain itu jelas lebih berkonotasi pada proses dan bentuk ketimbang pada semangat yang mendasari proses itu. Sinkretisme memang dapat kita pandang dari segi proses dan bentuk. Tetapi sinkretisme adalah juga semangat. Dan terhadap gejala yang terjadi dalam religiositas Jawa ini, barangkali kita akan memperoleh gambaran yang lebih mendekati kenyataan kalau kita melihatnya dari semangat. Dilihat dari segi ini, akan sangat jelas bahwa semangat yang ada dalam religiositas Jawa itu yang menonjol bukanlah semangat sikretisme. Bukan semangat untuk membentuk sesuatu aliran atau system kepercayaan ataupun agama yang ada. Semangat yang amat menonjol adalah toleransi yang hampir-hampir tanpa batas, yang dilandasi oleh kayakinan orang Jawa pada umumnya bahwa “sedayaagami punika sami” [semua agama itu baik]
TANTULARISME:
Arus utama yang cukup menonjol sejak zaman dahulu adalah semangat yang menghormati semuaagama, semangat yang tidak memandang hanya agama dan kepercayaan sendiri yang benar, semangat yang bersedia mengakui kebenaran hakiki, dari mana pun sumbernya, emangat yanag memandang agama lain hanya merupakan jalan lain menuju tujuan yang sama, semangat yang tercakup dalam ungkapan Empu Tantular: Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa. Semangat ini, untuk menghormati Empu Tantular, dinamakan Tantularisme

PERBEDAAN TANTULARISME DAN SINKRETISME
Melihat perbedaan tantularisme dengan sikretisme hanya dari proses atau wujud gejalanya, barangkali memang agak sulit. Persamaan dan perbedaan antara sikretisme dengan tantularisme pernah dibedakan oleh penulis buku ini, dengan ungkapan bahasa jawa:
yen dinulu mirip rupane, lamun ginigit beda rasane” [kalau dilihat mirip rupanya, kalau digigt beda rasanya]
Dilihat sepintas dari luar, wujudnya sering mirip, tetapi kalu dihayati seksama dari dalam, akan nyata bedanya. Pokok-pokok perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut:

  1. Sinkretisme berangkat dari keinginan untuk memadukan dua [atau lebih] system keyakinan, kepercayaan atau agama menjadi satu system baru yang unsure-unsurnya berasal dari sistem-sistem lama tersebut. Sedangkan tantulisme berangkat darti keyakinan bahwa system-sistem itu adalah jalan-jalan yang berbeda menuju kepda tujuan yang sama, yaitu Tuhan
  2. Hasil akhir Sinkretisme adalah terbentuknya sustu system agama atau kepercayaan baru, sedangkan tantularisme tidak dan tidak ingin membentuk agama ataupun system kepercayaan baru
  3. Sinkretisme tidak dapat melepaskan dirinya dari sektarianisme dan disadari atau tidak, akan beranggapan bahwa “system agama atua kepercayaannya itulah yang paling benar”, kare merupakan penggabungan dari unsur-unsur pilihan dari berbagai system yang ada. Tantularisme sama sekali bebas dari sektarianisme dan eksklusifisme, karena memang tidak membentuk “wadah” tersendiri dan tidak ingin menciptakan “pagar” atau pun “kurungan” yang baru. Kebenaran itu bersifat [meminjam istilah Abdurrahman Wahid] lintas batas. Segala yang universal itu bersifat lintas batas
  4. Sinkretisme bersifat divergen sedang tantularisme bersifat konvergen
  5. Sinkretisme tidak dapat melepaskan diri dari kenisbian pandangan tentang kebenaran, sedangkan tantularism,e bertitik tolak dari pandangan tan han dharma mangrwa, kebenaran hakiki itu bersifat tunggal dan universal. Di manapun ia berada, kebenaran adalah tetap kebenaran. Diakui atau pun tidak
  6. Sinkretisme yang menghasilkan system agama dan kepercayaan baru itu akhirnya juga menciptakan ajaran-ajaran bartu dan doktrin-doktrin baru. Tantularisme tidak menciptakan ajaran baru dan sepenuhnya bersifat non doktriner
  7. Sesuai dengan sifatnya yang sektaris, lingkup wawasamn Sinkretis, lingkup wawasan sinkretisme biasanya terbatas [contoh : aliran-aliran yang mengikat diri pada sifat kejawen], sedang lingkup wawasan tantularisme adalah universal, bebas dari dimensi ruang dan waktu.

Warto Selaras

Google