Dunia kebatinan Jawa acapkali hadir di setiap diskusi, ada berpendapat bahwa dunia Jawa identik dengan mistis, dan serba klinik. Ternyata dunia batin Jawa itu dalam dan tentunya menepis pendapat-pendapat yang kurang tepat, dan bahkan pendapat tersebut telah sengaja menghakimi. "Joglo" ingin menjadi jembatan pemahaman dengan menginformasikan sebuah wacana, yang secara kebetulan ditemukan di atas onggokan buku yang parkir di "Kampoeng Ilmu" Surabaya. Dalam buku itu diuraikan bahwa orang Jawa telah meramu berbagai pengalamannya, dan ditambah dengan perenungan-perenungannya.
Ternyata perkembangan pemikiran keagamaan bangsa Jawa itu banyak dilatari pengalaman sejarah hidupnya. Diceritakan lebih lanjut oleh buku ini, bahwa bangsa India dengan agamanya, yakni agama Siwa dan Buddha, memasuki Jawa, yang kekakyaan rohaninya diterima oleh bangsa Jawa. Kemudian datanglah agama Islam dengna kekayaan rohaninya, yang juga diterima oleh bangsa Jawa. Kedua sumber pemikiran hidup dan keagamaan itu digali, direfleksi, dan diramu oleh orang Jawa, yang hasilnya dicerminkan dalam kepustakaan Jawa.
Sepanjang kepustakaan ini membicarakan pemikiran keagamaan semata-mata, hampir semuanya bernafaskan kebatinan. Oleh karena itu tidaklah salah, jika kita memakai ungkapan "Kebatinan Jawa", artinya: kebatinan seperti yang diajarkan dan diparktikkan oleh orang Jawa, yang memantulkan pengolahan Jawa terhadap bahan kebatinan yang datang dari luar Jawa. Buku ini juga sempat mengadop pendapat Dr. H. Kraemer, yang memberikan terminologi tentang kebatinan Jawa, menurtnya, adalah suatu kebatinan yang mengajarkan kesatuan hamba dan Tuhan, yang sifatnya spekulatip, campuran dan radikal. Sifat kebatinan ini hingga saat dipertahankan dan tanpa mengalami perubahan.
Buku ini sengaja mengadopsi secara terbatas, dan tidak semua pustaka Jawa dihadirkan. Yang dibahas adalah pada didua buku yang terbit di abad 19 M. Yakni Serat Centini dan Serat Wirid. Dalam bahasnya Serat wirid merupakan acuan utama, sedang serat centini sebagai komplemen bahasan.
Serat Centini:
Serta ini ditulis atas perintah Sunan Paku Buwana V dari Surakarta, kira-kira pada vpermulaan abad 19M. Merupakan karya beberapa orang antara lain Jasadipura dan kemudian dikompilasi oleh Rangga-Tresna. Isi pokok ajarannya adalah sebuah dialog Seh Amongraga, ajarannya dibagi dalam dua bagian, yakni bagian pertama yang dajarkan secara umum kepada mereka yang belum maju dan sebagian diajarkan kepada seorang-orang yang sudah memiliki pikiran maju. Yang pertma biasannya disebut ajaran yang eksoteris, dan yang kedua ajaran esoteris.
Serat Wirid:
Adalah buku yang dipakai sebagai acuan dasar, ditulis oleh. R.M.Ng.Ranggawarsita pada pertengahan abad ke 19 M. [pada tahun 1916 diterbitkan oleh Adminstrasi Jawi Kanda di Surakarta sebagai cetakan ke - 4]. Menurut penulinya buku ini merupakan ajaran asli yang diajarkanoleh para wali, dan yang kemudian, atas perintah Sultan Agung Mataran, diterbitkan sebgai ajaran kesatuan.
Buku ini menurut Dr. Kraemer mewujudkan suatu teladan dari ornag Jawa untuk mempersatukan segala bahan kebatinan yang mengalir dari luar Jawa. Terdiri dari lima bab, antara lain:
Bab I : Ajaran tentang Allah dan Penciptaan [tanazzul]
Bab II : Ajaran tentang perjalanan kembali kepada Allah [tarraqqi]
Bab III. Keterangan isi ajaran yang sebenarnya
Bab IV: Proses Kematian
Bab V : Kesimpulan
Data buku
JUDUL: Kebatinan Jawa dalam ABAD 19
PENULIS: Dr. Harun Hadiwijono
PENERBIT: BPK Gunung Mulia Jakarta
TEBAL : 60 halaman
Telusur buku:
Buku ini dikais dari komunitas buku lama "Kampoeng Ilmoe" Jl. Semarang Surabaya, dari sampul diketahui bahwa buku ini diterbitkan di bawah tahun 1980, karena terdapat tanda tangan pemilik bertulisan tanggal, 30-12-80.