Monday, June 23, 2008

ETIKA KEKUASAAN DALAM KEBUDAYAAN JAWA

Seorang-orang Guru Besar Institut Teknologi Bandung memberikan penilaian, bahwa kecenderungan saat ini sangat bertolak belakang dengan tempo dulu, bahkan memutar 180 derajat. Dulu rintisan untuk meniti menuju sebuah Negara kebangsaan terjadi karena perbedaan entitas justru menjadi kekuatan alias daya saing. Unity in deversity, “tan hana dharma mangrua”, berbeda-beda satu tetapi jua, “bhinneka tunggal ika”.
Kini sangat jauh berbeda, justru perbedaan dikreasi menjadi bumbu perpecahan, lewat pengaduk yang namanya kekerasan.
Jamunya adalah hadirnya etika menegara. Joglo ingin mempersembahkan sebuah buku dengan judul Neo Patriotisme, karena buku ini dipenuhi mutiara bijak yang menyelimuti etika kekuasaan.
Seorang-orang bernama HM. Nasruddin Anshory, CH berkreasi dengan mendokumentasikan pokok-pokok pikiran Jawa, yang telah berakar dan mampu menjadi teori yang agung ketika mengantar kejayaan Mojopahit. Tentunya ini sebuah cerminan untuk dapat dicermati, apakah saat ini masih memiliki relevansi.
Detil Buku
JUDUL: Neo Patriotisme—Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa
PENULIS : HM.Nasruddin ANSHORIY CH
PENERBIT : PT LKIS Yogyakarta Salakan Baru No. 1 Sewon Bantul. Jl. Parang Tritis Km, 4.4. Yogyakarta. Telp: [0274] 387194, 7472110. E-mail: elkis@indosat.net.id
CETAKAN: I Mei 2008
HALAMAN: xviii + 222 halaman; 21 x 14,5 cm
ISBN: 978-979-1283-670
Gajah mada mengamalkan ajaran Prabu Arjuns Sasrabahu dalam pewayangan yang merumuskan kepemimpinan yang dikenal dengan panca titi darmaning prabu atau lima kewajiban sang pemimpin, yang terdiri dari:
  1. Handayani Hanyakra Purana
    Seorang pemimpin senantiasa memberikan dorongan motivasi, dan kesempatan bagai generasi mudanya atau anggotanya untuk melangkah ke depan tanpa ragu-ragu
  2. Nadya Hanyakrabawa
    Seorang pemimpin di tengah-tengah masyarakatnya senantisa berkonsilidasi memberikan bimbingan dan mengambil keputusan dengan musyawarah untuk mufakat yang mengutamakan kepentingan masyarakat.
  3. Ngarsa Hanyakrabawa
    Seorang pemimpin sebagai seorang yang terdepan dan terpandang senantiasa memberikan panutan-panutan yang baik sehingga dapat dijadikan suri teladan bagi masyarakatnya
  4. Nir bala wikara
    Seorang pemimpin tidaklah selalu menggunkan kekuatan atau kekuasaan di dalam mengalahkan musuh-musuh atau saingan politiknya, Meskipun demikian, berusaha menggunakan pendekatan pikiran, lobi sehuingga dapat menyadarkan dan disegani pesaing-peasainnya.
  5. Ngarsa dana upaya
    Pemimpin sebagai seorang ksatria senantiasa berada terdepan dalam mengorbankan tenaga, waktu, materi, pikiran, bahkan jiwanya sekalipun untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat.

KAMULYANING NERPATI CATUR
Kamulyaning Nerpati Catur adalah empat sifat utama bagi seorang pemimpin/negarawan, yaitu:

  1. Jalma Sulaksana:
    Seorang pemimpin hendaknya memiliki.menguasai ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu pengetahuan agama atau spitual secara teori dan praktik
  2. Praja sulaksana:
    Mempunyai perasaan belas kasihan kepada bawahan/rakyat dan berusaha mengadakan perbaikan kondisi masyarakat [catur paramita: maitiri, karuna, mudita, dan upeksa]
  3. Wiya Sulaksana:
    Mempunyai keberanian untuk meneggakan kebenaran dan keadilan dengan prinsip berani karena benar dan takut karena salah
  4. Wibawa Sulaksana:
    Memiliki kewibawaan terhadap bawahan/rakyat sehingga setiap perintahnya dapat dilaksanakan dan program, yang direncanakan dapat terrealisasi.

Dengan permintaan maaf, joglo tetap menjujung paugeran bahwa posting tidak dapat dilakukan semua (100%), karena akan melanggar etika karya.
CATUR PRAJA WICAKSANA
Catur Praja Wicaksana adalah empat sifat dan tindakan yang bijaksa yang hendaknya dilakukan oleh seorang pemimpin negarawan, yaitu:

  1. Sama
    Selalu waspada dan siap siaga untuk menghadapi segala ancaman musuh baik yang dating dari dalam mamun dari luar yang merong-rong kewibawaan pemimpin yang sah
  2. Beda
    Memberikan perlakukan hokum/peraturan bagi bawahan/rakyat sehingga tercipta kedisiplinan dan tata tertib dalam masyarakat [penegakan supremasi hukum]
  3. Dana
    Mengutamakan sandang, pangan, pendidikan, dan papan guna menunjang kesejahteraan/kemakmuran bawahan/rakyat serta memberikan penghargaan bagi warga yang berprestasi. Memberikan upah/gaji bagi para pekerja sebagai bals jasa dari pekerjaan yang dibebankan sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat mencukupi kehidupan keluarga
  4. Danda
    Menghukum dengan adil kepada semua yang berbuat salah/melanggar hokum sesuai dengan tingkat kesalahan yang diperbuatnya

SAD GUNA UPYA

Sad Guna Upaya berarti enam macam upya luhur yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin. Ajaran ini terdapat dalam serta Niti Sastra yang memuat beberapa hal berikut:

  1. Sidi wasesa
    Pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menjalin persahabatan dengan rakyat, sesama, dan Negara tetangga
  2. Wigraha Wasesa
    Kemampuan untuk memilah-milah persoalan dan mampu untuk mempertahankan hubungan baik
  3. Wibawa Wasesa
    Pemimpin memliki kewibawaan atau disegani baik oleh rakyat, Negara tetangga, maupun musuh-musuhnya
  4. Winarya Wasesa
    Cakap dan bijak dalam mempin sehingga memuaskan semua pihak
  5. Gasraya Wasesa
    Kemampuan untuk menghadapi mmusuh yang kuat dan tangguh dengan menggunkan startegi/muslihat dalam berdeplomasi atau perang
  6. Stana Wasesa
    Dapat menjaga hubungan dan perdamaian dengan baik dan memprioritaskan tentaranya untuk menjaga kedaulatan negra dan menjaga perdamaian serta menghindari peperangan.

Masih banyak khasanah kebudayaan yang dijadikan cermin, dan tidak mungkin kami muat secara lengkap, untuk memenuhi etika joglo ini, yang tidak ingin menjadi pencundang bagi penerbit maupun penulisnya.

Kahsanah budaya itu antara lain:

  • Panca Tata Upaya [lima macam upaya yang harus dilakukan seorang birokrat dalam menyelesaikan segenap persoalan] (maya tata upaya, upeksa tata upaya, indera jala wisaya, wikrama wisaya, lokika wisaya)
  • Tri Jana Upaya [tiga macam cara/upaya bagi seorang pemimpin untuk menghubungkan atau mendekatkan dirin dengan masyarakat yang dipimpin (rupa upaya, wamsa upaya, guna upaya)
  • Ajaran Sad Guna weweka [terdapatenam macam musuh di dalam diri manusia yang harus dihilangkan dan dimusnahkan] ( kama/hawa nafsu, loba/tamak-rakus, kroda/marah, moha/kebingungan, mada/mabuk, masarya/ irihati)
  • Sad paramuka [prinsip kesucian Gajah Mada, dalam melihat perilaku enam pembunuhan yang kejam] ( Agnida /suka membakar milik orang lain, wisada/suka meracun, atarwa/menggunkan ilmu hitam, sastraghna/mengamuk, dratikrama/suka memperkosa, raja pisuna /suka menfitnah)

No comments:

Warto Selaras

Google