Kaweruh begja, untuk memahami makna terdalam dari kebahagiaan orang tidak serta merta langsung paham apalagi "ces-pleng", semuanya melalui tahapan-tahapan istimewa. Tahapan ini pernah ditilik oleh seorang-orang yang piawai, dan kemudian hasil tilikan itu di wujudkan dalam tulisan, sebagian dari tilikan itu saat ini berwujud buku, yang dieberi judul"Kawruh Begja", orang juga sering menyebut, bahwa menggapai "Kawruh Begja" itu harus dilatari dengan perenungan-perenungan. Banyak pula yang mengatakan harus acapkali melakukan refleksi. Saat ini kita sedang menikmati hasil refleksi Ki Ageng Suryamentaram. Sebuah buku yang memposisikan dirinya sebagai bacaan penenang jiwa, warisan budaya leluhur.
SIAPA KI AGENG SURYAMENTARAM ITU?Ketika usia remaja bernama Bendara Pangeran Harya Suryamentaram, dan memiliki kegemaran membaca dan belajar, terutama tentang sejarah, filsafat,ilmu jiwa dan Agama. Penguasaan bahasanya cukup lumayan, Belanda, Inggris dan Bahasa Arab. Konon juga pernah belajar mengaji pada KH. qchmad Dahlan pendiri oraganisasi Muhammadiyah.
Berdarah biru, dan akhirnya memutuskan untuk hidup diluar keraton, yang akhirnya menemukan jatidirinya.Pengembaraan Batin
Sebuah laku, mengantarkan sang pangeran ini mengapai beberapa pengetahuan dari hasil refleksi pikiran. Dari refleksi ini pikiran pangeran Suryamentaran diarahkan secara tuntas pada pemahaman sebuah kebahagiaan sejati, namun untuk memahakan itu, menurutnya ada sebuah "getaran hasrat dalam arti luas ", yang disebut dengan "karep". Untuk sampai pada sebuah pemahaman kebahagiaan itu, seorang-orang harus menangkap dahulu makna getaran hasrat yang disebut karep.
Sejak awal buku ini telah memperingatkan khalayak bacanya untuk tidak langsung menerima buah pikir ini secara absolut, namun lebih diharapkan untuk melakukan penggalian lebih lanjut, apa makna yang tersembunyi dari getaran hasrat yang disebut "karep itu"? kemudian baru lengkah pada tataran tentang kebahagiaan Abadi
Data buku
JUDUL: Maklumat Bahagia--Kawruh Begja--Ilmu menggapai Kebahagian Sejati
PENULIS: KI Ageng Suryameteram
PENERBIT: Gelombang Pasang . Gombang [Depan Puskesmas], Tirtonadi, Mlati Sleman, Yogyakarta. HP. 08175423046
ISBN: 978-979-98385-7-5
CETAKAN : I-2008
TEBAL: 132; 12 x 19 cm
[Catatan: Judu;l Asli Inwijding tot het eenwigdurende geluk, 1930]
SARING-Sadapan Ringkas.
Karep:
Karep adalah sebuah kosakata berasal dari Bahasa Jawa yang beararti "getar hasrat untuk melakukan suatu perbuatan dengan penuh kesadaran dan berdasarkan pertimbangan batin terlebih dahulu". Kata-kata yang serupa dengan kata tersebut adalah kehendak atau menghendaki, niat atau berniat, keinginan atau berkeinginan, rindu atau merindukan sesuatu, cita-cita atau bercita-cita, hasrat atau berhasrat, berhajat, bernafsu pada sesuatu, mengidam-idankan dan sebagainya. Orang Jawa mempunyai sepatah kata saja sebagai pengganti berbagai bentuk tadi yaitu : karep [getar hasrat].
Karep inilah yang menggerakkan [drive] manusia dalam menggapai sesuatu. Kendatipun sebagai penggerak, buku ini membuat terminolog yang lebih khusus, bahwa karep juga memiliki keterbatasan alias ketergantungan, namun juga ada karep yang babas dan tidak tergantung.
Dalam menggapai kebahagiaan karep menjadi sebuah variabel, oleh karenanya jika seorang-orang itu sangat tergantung atau dikontrol oleh karep cenderung memiliki keinginan yang tidak terbatas [unlimited]. Sedangkan orang yang mampu mengontrol /mengendalikan, maka dalam menggapai kebahagian menemukan yang hakiki. Seorang-orang semakin dikendalikan oleh karep, seorang-orang akan bekerja dengan lupa diri dan lupa waktu. Atau jauh dari kebahagiaan.
Takaran Suka dan Duka
Suka dan Duka itu tidak pernah melekat permanen pada manusia, selalu berubah spektrumnya
Suka adalah merupakan akibat atau disebabkan oleh tidak terlaksananya karep [getar hasrat]
Duka adalah merupakan akibat atau disebabkan oleh tidak terlaksananya atau tidak terpuaskannya karep [getar hasrat].
Karep [getar hasrat] ada berdaarkan sifat kerjanya sendiri, yaitu : mengerut[menyusut] dan memulurkan [mengembang atau bertambah panjang].
Setiap kali karep [getar hasrat] memperoleh kepuasan, mulurlah [memanjang] ia, dan oleh karananya manusia dapat merasakan suka. Kemuluran [memanjangnya] karep [getar hasrat] ini berlaku secara terus menerus, selalu semakin panjang, bertingkat-tingakt, senantiasa demikian asalkan masih dapat memperoleh kepuasan. Setelah karep [getar hasrat] tidak mendapat kepuasan, segera ia mengkerut atau menjadi pendek, dan menyebabkan manusia menjadi duka.
Takdir hidup manusia hanyalah berupa merasakan suka dan duka, bukan hal lain. Sedangkan suka dan duka adalah sama.
Data buku
JUDUL: Maklumat Bahagia--Kawruh Begja--Ilmu menggapai Kebahagian Sejati
PENULIS: KI Ageng Suryameteram
PENERBIT: Gelombang Pasang . Gombang [Depan Puskesmas], Tirtonadi, Mlati Sleman, Yogyakarta. HP. 08175423046
ISBN: 978-979-98385-7-5
CETAKAN : I-2008
TEBAL: 132; 12 x 19 cm
[Catatan: Judu;l Asli Inwijding tot het eenwigdurende geluk, 1930]
SARING-Sadapan Ringkas.
Karep:
Karep adalah sebuah kosakata berasal dari Bahasa Jawa yang beararti "getar hasrat untuk melakukan suatu perbuatan dengan penuh kesadaran dan berdasarkan pertimbangan batin terlebih dahulu". Kata-kata yang serupa dengan kata tersebut adalah kehendak atau menghendaki, niat atau berniat, keinginan atau berkeinginan, rindu atau merindukan sesuatu, cita-cita atau bercita-cita, hasrat atau berhasrat, berhajat, bernafsu pada sesuatu, mengidam-idankan dan sebagainya. Orang Jawa mempunyai sepatah kata saja sebagai pengganti berbagai bentuk tadi yaitu : karep [getar hasrat].
Karep inilah yang menggerakkan [drive] manusia dalam menggapai sesuatu. Kendatipun sebagai penggerak, buku ini membuat terminolog yang lebih khusus, bahwa karep juga memiliki keterbatasan alias ketergantungan, namun juga ada karep yang babas dan tidak tergantung.
Dalam menggapai kebahagiaan karep menjadi sebuah variabel, oleh karenanya jika seorang-orang itu sangat tergantung atau dikontrol oleh karep cenderung memiliki keinginan yang tidak terbatas [unlimited]. Sedangkan orang yang mampu mengontrol /mengendalikan, maka dalam menggapai kebahagian menemukan yang hakiki. Seorang-orang semakin dikendalikan oleh karep, seorang-orang akan bekerja dengan lupa diri dan lupa waktu. Atau jauh dari kebahagiaan.
Takaran Suka dan Duka
Suka dan Duka itu tidak pernah melekat permanen pada manusia, selalu berubah spektrumnya
Suka adalah merupakan akibat atau disebabkan oleh tidak terlaksananya karep [getar hasrat]
Duka adalah merupakan akibat atau disebabkan oleh tidak terlaksananya atau tidak terpuaskannya karep [getar hasrat].
Karep [getar hasrat] ada berdaarkan sifat kerjanya sendiri, yaitu : mengerut[menyusut] dan memulurkan [mengembang atau bertambah panjang].
Setiap kali karep [getar hasrat] memperoleh kepuasan, mulurlah [memanjang] ia, dan oleh karananya manusia dapat merasakan suka. Kemuluran [memanjangnya] karep [getar hasrat] ini berlaku secara terus menerus, selalu semakin panjang, bertingkat-tingakt, senantiasa demikian asalkan masih dapat memperoleh kepuasan. Setelah karep [getar hasrat] tidak mendapat kepuasan, segera ia mengkerut atau menjadi pendek, dan menyebabkan manusia menjadi duka.
Takdir hidup manusia hanyalah berupa merasakan suka dan duka, bukan hal lain. Sedangkan suka dan duka adalah sama.
No comments:
Post a Comment